Jumat, 29 April 2011

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Secara umum, istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional, dan bebas dari kegelisahan. (Wahit dan Nurul, 2007). Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
Hampir sepertiga waktu dari kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
Karena itulah penulis akan membahas tentang konsep istirahat dan tidur untuk mengetahui pengertian dari istirahat dan tidur, tahapan tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, serta gangguan tidur yang sering terjadi.

B. Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan istirahat dan tidur?
2. Apa sajakah tahapan tidur?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur?
4. Apa saja gangguan tidur yang sering terjadi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istirahat dan tidur
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan tidur
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
4. Untuk mengetahui apa saja gangguan tidur yang sering terjadi

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional, dan bebas dari kegelisahan. (Wahit dan Nurul, 2007). Enam (6) ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat, yaitu:
a. Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi.
b. Merasa diterima.
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi.
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
e. Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan.
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. (Erfandi, 2008, Konsep Dasar Istirahat dan Tidur, http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/)
Sedangkan pengertian tidur antara lain:
a. Tidur berasal dari kata bahasa Latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
b. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. (Wahit dan Nurul, 2007).
c. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001).
d. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679).
Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
B. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto dan Wartonah, 2003 dalam Wahit dan Nurul 2007).

C. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor lingkungan (mis., cahaya, kegelapan, grafitasi, dan stimulus elektrodinamik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, sekresi hormone, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah.

D. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian para ahli dengan menggunakan bantuan alat Elektro Encephalo Graph (EEG), Elektro-Okulogrram (EOG), dan Elektrokiogram (EMG), diketahui ada 2 tahapan tidur, yaitu:
1. NREM atau pola tidur biasa
Pola atau tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda-tanda tidur NREM adalah :
a. Mimpi berkurang
b. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
c. Tekanan darah turun
d. Kecepatan pernafasan turun
e. Metabolisme turun
f. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini sendiri terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a. Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alfa sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.
b. Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.

2. REM atau Pola Tidur Paradoksikal
Pola atau tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan Mata Cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM atau Paradoks ini merupakan pola atau tipe tidur di mana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola atau tipe tidur ini, ditandai dengan:
a. Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
b. Mengigau atau bahkan mendengkur
c. Otot-otot kendor (relaksasi total)
d. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
e. Perubahan tekanan darah
f. Gerakan otot tidak teratur
g. Gerakan mata cepat
h. Pembebasan steroid
i. Sekresi lambung meningkat
j. Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.

E. Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplek normalnya berlangsung, selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui 4 hingga 5 siklus selama 7 sampai 8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I – III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali ke tahap III dan II selam 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur
1. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang banyak daripada biasanya. Di samping itu siklus bangun-tidur selama sakit dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing yang dapat menghambat upaya tidur.



3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
4. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur dalam waktu yang tepat.
5. Stres emosional
Anxietas (kegelisahan) dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi anxietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus REM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulan dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP (Sistem Saraf Pusat) sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering mengalami mimpi buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga disaat malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandungdalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hiptonik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.

10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk

G. Gangguan-Gangguan Tidur yang Sering Terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ada 3 jenis insomnia, yaitu:
a. Insomnia inisial, yaitu kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten, yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal, yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah rasa kantuk yang tidak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba.
5. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara periodik pada saat tidur.





H. Intervensi Umum pada Klien Gangguan Tidur
1. Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stres, ansietas, dll).
2. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur.
a. Bising:
1) Tutup pintu kamar
2) Cabut kabel telepon
3) Nyalakan ”bunyi-bunyi yang lembut” ( misalnya, kipas angin, musik yang tenang, suara hujan, angin )
4) Pasang lampu tidur
5) Turunkan volume alarm dan TV
b. Gangguan
1) Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur
2) Apabila berkemih di malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih sebelum tidur.
3) Tingkat aktivitas di siang hari, sesuai indikasi
4) Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
3. Tingkatkan aktivitas di siang hari sesuai indikasi
4. Bantu upaya tidur
a. Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (misalnya, higiene personal, linen, dan baju tidur bersih).
b. Catat lamanya tidur tanpa gangguan setiap sif.
5. Ajarkan rutinitas tidur di rumah ( Miller, 1999 )
a. Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan istirahat.
b. Bangunlah di waktu biasa, bahkan jika waktu tidur Anda tidak nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
c. Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan tidur
d. Hindari minuman alkohol
6. Jelaskan pentingnya olahraga secara teratur untuk menurunkan stres dan memudahkan tidur.
7. Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan dalam waktu yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan menganggu fungsi dalam siang hari.
8. Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan tidur atau istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari penyebab tersebut.



BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Istirahat adalah suatu keadaan fisik maupun psikis seseorang yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional, dan bebas dari kegelisahan. Istirahat ditandai dengan suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat tubuh dan pikiran menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan yang relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang
Tahapan tidur terdiri dari dua, yaitu:
1. NREM atau pola tidur biasa, yaitu tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek. NREM sendiri terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap I, II, III, dan IV.
2. REM atau pola tidur paradoksikal, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stres emosional, stimulant dan alkohol, diet, merokok, medikasi, dan motivasi. Gangguan tidur yang umum terjadi, yaitu insomnia, parasomnia, hipersomnia, narkolepsi, dan apnea saat tidur.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Karena pentingnya istirahat dan tidur untuk memulihkan kondisi tubuh setelah seharian beraktivitas, maka diharapkan agar para pembaca dapat mengatur waktu untuk istirahat dan tidur dengan baik. 
DAFTAR PUSTAKA

http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/. diakses pada tanggal 4 Maret 2010.

http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/24/konsep-aktivitas-istirahat-tidur/. diakses pada tanggal 4 Maret 2010.

Modul Pembelajaran Mahasiswa (MPM). (2010). Pontianak: STIK Muhammadiyah.

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.