Jumat, 18 Juni 2010

Sabtu, 06 Maret 2010

BRONKITIS KRONIK

BRONKITIS KRONIK
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi kesehatan masyarakat Kalbar pada saat ini masih sangat rendah jika dibanding dengan propinsi-propinsi lain yang ada di Indonesia apalagi dibanding dengan Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunai, Singapura, dll. Berbagai penyakit datang silih berganti hampir tiada henti. Tetapi pada makalah ini kami menekankan pada penyakit gangguan saluran pernafasan yaitu Bronkitis Kronik.
Penyakit dan gangguan saluran napas khususnya bronkitis kronik ini masih menjadi masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kematian akibat penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma khususnya bronkitis kronik masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi virus dan bakteri merupakan penyebab yang sering terjadi. Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit ini merupakan penyebab kematian urutan ke lima. (Abdul Waris Aly Imran, 2008). Oleh karena itu dengan mempelajari secara lebih detail lagi mudah-mudahan dapat menambah wawasan kita serta mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah pada gangguan saluran nafas khususnya Bronkitis Kronik. sehingga angka penderita dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini dapat ditekan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bronkitis ialah sejenis peradangan atau penyempitan pada saluran pernafasan (tiub bronkiul) serta hilangnya fungsi mengembang dan menguncup didalam paru-paru yang disebabkan oleh virus atau bakteri atau penyakit pernapasan yang mana selaput lendir dari jalur cabang tenggorok didalam paru-paru menjadi inflamasi (peradangan). Karena iritasi akhirnya selaput membengkak dan tumbuh lebih tebal sehingga terjadi penyumbatan, akibatnya ia menyempit menutup atau mematikan saluran udara di paru-paru, yang mengakibatkan serangan batuk yang disertai oleh lendir tebal dan kesulitan bernafas. Penyakit ini terjadi dalam dua bentuk yaitu akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) dan kronis (sering kambuh lebih dari dua tahun).
Bronkhitis Kronik adalah suatu gangguan batuk berdahak yang terjadi tiap hari selama paling kurang enam bulan dan jumlah dahak minimal satu sendok teh. (Abdul Waris Aly Imran, 2008).
Bronkhitis Kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus (lendir) yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut
Definisi yang banyak dipakai adalah definisi dari American Thoracic Society, yaitu penyakit dengan gangguan batuk kronik dengan dahak yang banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut. Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau bronkiektasis. Penyakit bronkitis kronik sering terdapat bersama-sama emfisema dan dikenal dengan nama bronkitis emfisema.

Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit ini merupakan penyebab kematian urutan ke lima. (Abdul Waris Aly Imran, 2008). Bila penyakit telah terjadi, maka akan berlangsung seumur hidup dan memburuk dari waktu ke waktu.
B. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala-gejalanya antara lain :
 Batuk yang sering dan memproduksi lendir
 Kekurangan energi
 Suara mendesah ketika bernapas, yang mungkin atau tidak hadir
 Demam, yang mungkin atau tidak hadir
Gejala utama bronkitis kronik adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Dikatakan bronkitis kronik bila keaadaan ini berlangsung lebih dari 3 bulan. mukus yang berwarna selain putih atau bening, menandakan adanya infeksi sekunder.

C. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit ini terjadi adalah antara lain :
 Kebiasaan merokok
 Pencemaran / polusi udara
 Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja
 Riwayat infeksi saluran napas
 Bersifat genetik
 Jangkitan paru-paru berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll

D. Patofisiologi
Pada bronkitis kronik maupun empisema terjadi penyempitan saluran nafas yang diakibatkan oleh faktor-faktor di atas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada bronchitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok – kelok, dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia ( perubahan dalam jenis sel dewasa pada jaringan menjadi bentuk yang abnormal) sel goblet. Saluran nafas besar juga menyempit karena hipertrofi (pembesaran atau pertumbuhan berlebihan dari organ) dan hiperplasi (peningkatan yang abnormal pada organ atau jaringan berupa peningkatan volumenya) kelenjar mucus. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisiatas paru – paru.
E. Pengobatan dan Penanggulangan

 Kurangi atau hentikan merokok
 Jangan biarkan orang lain untuk merokok di rumah anda.
 Makanlah makanan yang sehat.
 Cucilah tangan anda sesering mungkin.
 Jangan berbagi makanan, cangki, gelas, atau peralatan makan.
 Jika anda masuk angin, dapatkan banyak istirahat.
 Menghindar atau mengurangi waktu sekitar hal-hal yang mengganggu hidung, tenggorokan, dan paru-paru anda, seperti debu atau binatang peliharaan.
 Hirup uap hangat untuk membantu mengencerkan dahak. Anda dapat menggunakan produk Vicks steam inhaler.
 Sedapat mungkin hindari udara dingin, polutan/iritan, makanan yang mungkin anda alergi.
 Minum tidak kurang dari 8 gelas air putih sehari untuk membantu mengencerkan lendir. Anda dapat menambahkan minuman yang menghangatkan, misal: yang mengandung jahe
 Hirup oksigen murni untuk mengurangi jumlah polutan/iritan di saluran pernafasan. Anda dapat menggunakan produk Oxycan atau Senos.
 Oleskan dada dengan minyak kayu putih atau balsam: untuk memberikan rasa hangat.
 Minum obat persis yang dianjurkan dokter anda.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkitis kronik merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti : kebiasaan merokok, pencemaran/polusi udara, paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja, riwayat infeksi saluran napas, bersifat genetik, jangkitan paru-paru berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan yang disertai batuk berdahak dan berlangsung lama( minimal 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut). Adapun tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita penyakit ini adalah : Batuk yang sering dan memproduksi lendir, kekurangan energi, suara mendesah ketika bernapas, Demam yang mungkin atau tidak hadir dll. Penyakit ini dapat diobati dan ditanggulangi dengan cara konsultasi kedokter dan melaksanakan semua apa yang disarankan oleh dokter.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada para pembaca agar dapat mengetahui dengan jelas tentang penyakit Bronkitis kronik baik mengenai tanda dan gejala, penyebab dan pengobatan serta penanggulangan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kematian. Bagi para penderita bronkitis kronik agar tidak menyepelekan penyakit ini dan sesegera mungkin untuk berobat kedokter .

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bloggaul.com/ridsale/readblog/80320/bronkhitis-kronis
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=18&tbl=ilmiah
http://www.id.articlesphere.com/Article/Chronic-Bronchitis-Symptoms/174284
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/bronkitis141006.htm

EPILEPSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita ketahui dari beberapa penyakit yang biasa alami oleh sebagian besar anak-anak merupakan epilepsy. Epilepsy adalah gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Epilepsy biasa dikenal dengan penyakit kejang. Kejang adalah masalah neurologic yang relative sering di jumpai.data mengenai insedensi kejang agak sulit diketahui. Diperkirakan bahwa 10% orang akan mengalami paling sedikit satu kali kejang selama hidup mereka dan sekitar 0,3% sampai 0,5% akan didiagnosis mengidap epilepsy. Insiden berdasarkan usia memperlihatkan pola konsisten berupa angka paling tinggi pada tahun pertama kehidupan, penurunan pesat menuju usia remaja, dan pendataran secara bertahap selama usia pertengahan untuk kembali memuncak pada usia setelah 60 tahun. Lebih dari 75% pasien dengan epilepsy mengalami kejang pertama sebelum usia 20 tahun. Apabila kejang pertama terjadi setelah usia 20 tahun,maka gangguan kejang tersebut biasanya sekunder. Epilepsy sekunder adalah cedera kepala (termasuk yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran). (Patofisiologi Vol.2, hal. 1156).

B. TUJUAN

Umum :
Khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan pada pasien epilepsy
2. memberikan gambaran dalam melaksanakan perawatan pada pasien epilepsy
3. Mengetahui factor penghambat dan penunjang penyakit epilepsy
4. Memberikan gambaran dan alternative untuk pemecahan masalah dalam menangani penyakit epilepsy





C. MASALAH

1. Apakah epilepsy itu?
2. Apa saja jenis-jenis epilepsy?
3. Apakah etiologinya?
4. Apa saja klasifikasi epilepsy?
5. Bagaimana patofisiologinya?
6. Apakah faktor pencetusnya?
7. Apakah diagnosa epilepsy?
8. Bagaimana metode pengobatan dan prognosis terhadap epilepsy?


D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
1. BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang, tujuan, masalah, dan sistematika penulisan
2. BAB II : PEMBAHASAN yang terdiri dari : definisi, jenis-jenis epilepsy, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, factor pencetus, diagnosis, pengobatan dan prognosis
3. BAB III : PENUTUP yang terdiri dari: kesimpulan dan saran




BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Epilepsi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan manifestasi klinik daripada lepasnya mutan listrik yang berlebihan dari sel-sel neuron di otak yang ditandai oleh serangan yang datang berulang-ulang. Epilepsi berasal dari kata “epilambanain” yang berarti serangan. Jadi Epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan.
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang berulang. 2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang. Sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi. (Asuhan Keperawatan Epilepsi, 2009). Epilepsi adalah gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Epilepsy biasa dikenal dengan penyaki kejang. (Patofisiologi Vol. 2, hal 1156).
B. JENIS-JENIS EPILEPSI
1. Kejang parsial simplek
Dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena.Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami (merasa pernah mengalami keadaan sekarang dimasa yang lalu).
2. Kejang Jacksonian
Gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
3. Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
4. Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal)
Biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.
C. ETIOLOGI
Ditinjau dari penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. epilepsi primer atau epilepsi idiopatik yang hingga kini tidak ditemukan penyebabnya
2. epilepsi sekunder yaitu yang penyebabnya diketahui.
Pada epilepsi primer tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.
Epilepsi sekunder berarti bahwa gejala yang timbul ialah sekunder, atau akibat dari adanya kelainan pada jaringan otak.Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak.
Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut :
1. kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.
2. kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
3. cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
4. tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.
5. penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
6. radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
7. penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
8. kecerendungan timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.
D. KLASIFIKASI
1. Grand Mall
Serangan Tiba-tiba klien jatuh sambil teriak, pernafasan sejenak berhenti, seluruh tubuh menjadi kaku. Kemudian muncul gerakan tonik klonik. Gerakan tonik ini sangat kuat sehingga tulang dapat patah dapat patah dan lidah dapai.
Sebelum terjadi serangan gran mall klien dapat memperlihatkan gejala-gejala prodromal yaitu irritabilitas (cepat marah/tersinggung), pusing, sakit kepala, atau bersikap defresip.



2. Petit Mall
Serangan yang berupa kehilangan kesadaran sejenak, biasanya serangan ini timbul pada anak-anak yang berumur 4-8 tahun. Pada waktu kesadaran hilang untulk beberapa detik, tonus otot tidak hilang sehingga klien tidak jatuh. Lamanya serangan anatara 5-10 detik. Kedua mata menatap secara hampa ke depan atau berputar keatas sambil melepaskan benda yang di pegangnya atau berhenti berbicara dan setelah sadar klien lupa apa yang sudah terjadi. Serangan petit mal akan berhenti seterusnya bila klien berumur 20 tahun atau menjelang 30 tahun. Tetapi ada kemungkinan petit mal dapat berkembang menjadi grand mal pada usia 20 tahun.
3. Mio klonik
a. Muncul gerakan involunter sekelompok otot skeletal yang timbul secara tiba-tiba.
b. Biasanya merupakan manfestasi bermacam-macam kelainan neurologik (degeneratif ponto cerebeler, meilitis) atau non neurologik (Urema, hepatic failure).
c. Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran.

4. Klonik
a. serangan epileptic yang bangkit akibat lepas muatan listrik di daerah korteks serebri.
b. Motorik : gerakan involunter salah satu anggota gerak, wajah, rahang bawah, pita suara (vokalisasi) dan kolumna vertebralis.
c. Sensorik : merasa nyeri, panas dingin, parestesia daerah kulit setempa, skotoma tinnitus, mencium bau barang busuk, mengecap rasa logam, invertigo, mual, muntah, perut mules atau afasia.
d. Autonom : Mual, muntah, dan hiperdosis setempat.
e. Halusinasi.
f. Ilusi Yang disebut De Javu.
g. Perasaan curiga yaitu perasaan seolah-pikirannya memaksa sesuatu.
h. Automatismus.
5. Status Epileptikus
Yaitu serangan epilepsy yang terjadi berulang-ulang dan sering serangan ini pada umumnya tonik-klonik dan merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani karena dapat berakibat kerusakan otak permanent. Penyebabnya adalah : peningkatan suhu yang tinggi, obat epileptic yang dihentikan, atau penyebab lain yaitu gangguan metabolic.
E. PATOFISIOLOGI
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran.
Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membrane neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.
Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membrane mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membrane dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepasmuatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.
F. FAKTOR PENCETUS
Faktor-faktor pencetusnya dapat berupa :
a. kurang tidur
b. stress emosional
c. infeksi
d. obat-obat tertentu dan alkohol
e. fotosensitif
f. perubahan hormonal
g. terlalu lelah



G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang disampaikan oleh orang lain yang menyaksikan terjadinya serangan epilepsi pada penderita. EEG (elektroensefalogram) merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik di dalam otak.
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko. Elektroda ditempelkan pada kulit kepala untuk mengukur impuls listrik di dalam otak. Setelah terdiagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan penyebab yang biasa diobati. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk :
a. Mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
b. Menilai fungsi hati dan ginjal.
c. Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya infeksi).
EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan. Pemeriksaan CT scan dan MRI dilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak, stroke, jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala. Kadang dilakukan pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.
H. PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu. Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan. Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan. Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan hiperaktivitas. Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel-sel darah. Obat anti-kejang diminum berdasarkan resep dari dokter. Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat anti-kejang di dalam darah.
Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsi. Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan pakaiannya (terutama di daerah leher) dan memasang bantal di bawah kepala penderita. Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal. Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat serat-serat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak (korpus kalosum). Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kejang
Obat Jenis epilepsy Efek samping yg mungkin terjadi
Karbamazepin
Generalisata, parsial Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
Etoksimid Petit mal Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
Gabapentin
Parsial Tenang
Lamotrigin
Generalisata, parsial Ruam kulit
Fenobarbital
Generalisata, parsial Tenang
Fenitoin
Generalisata, parsial Pembengkakan gusi
Primidon
Generalisata, parsial Tenang
Valproat
Kejang infantil, petit mal Penambahan berat badan, rambut rontok


Prognosis
Prognosis epilepsy bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis epilepsi factor penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis epilepsy cukup menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsy serangan dapat dicegah dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50 % pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik yang bersifat kejang umum maupun serangan lena atau melamun atau absence mempunyai prognosis terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang disertai kelainan neurologik dan atau retardasi mental mempunyai prognosis relative jelek.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang berulang. 2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang. Sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi. (Asuhan Keperawatan Epilepsi, 2009). Adapun jenis-jenis Epilepsi antara lain kejang parsial simplek, kejang Jacksonian, Kejang parsial (psikomotor) kompleks , Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal).
Pada epilepsi primer tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal. Epilepsi sekunder berarti bahwa gejala yang timbul ialah sekunder, atau akibat dari adanya kelainan pada jaringan otak.Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak.

B. SARAN
Dengan makalah yang kami buat ini, kami harapkan agar dapat membantu segala aktifitas yang ada dalam perkuliahan ini. Tak ada gading yang tak retak, begitulah makalah yang kami buat ini. Segala saran dan masukan sangat kami harapkan demi kemajuan dalam pembelajaran ini.




DAFTAR PUSTAKA

Company, Saunders W.B,dkk. (1995). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Harsono. (2007). Epilepsi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
http//epilepsi.web.//www.google.co.id//2009. Diakses pada tanggal 2 Desember 2009.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sidharta, Priguna M.D.Ph. D. (1999). Neurology Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta

TUBERCULOSIS

TUBERCULOSIS


ABSTRAK

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. (medicastore, 2008, http://www.medicastore.com/TB/html diperoleh pada tanggal 4 januari 2009)
“Tuberculosis is a disease caused by an infection with the bacteria Mycobacterium tuberculosis”.(netdoctor,2008, http://www.netdoctor.com/TB/html diperoleh tanggal 5 Januari 2009)
Tuberculosis merupakan pnyakit menular nomor tiga yang mematikan. Ada beberrapa fakta yang mengungkapkan betapa ganasnya penyakit ini. Menurut WHO, pada kasus baru tahun 2008 terdapat 136 kasus per 100.000 populasi. Sedangkan menurut data yang kami dapatkan dari badan TB nasional bahwa penderita TB di Indonesia merupakan nomor tiga terbesar di dunia.

LATAR BELAKANG
“Tuberculosis is a disease caused by an infection with the bacteria Mycobacterium tuberculosis”.(netdoctor,2008, http://www.netdoctor.com/TB/html diperoleh tanggal 5 Januari 2009)
TB (tuberculosis) merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang setiap manusia, penyakit ini tidak mengenal usia dapat menyerang anak-anak, remaja, orang dewasa maupun lansia. TB adalah setiap penyakit menular manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai oleh pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan setiap organ pada manusia, paru-paru adalah tempat utama infeksi dan biasanya merupakan pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai organ lainnya. (Kamus saku Dorlan, 2007). Menurut data WHO (World Health Organitation) pada tahun 2008, kasus TB di dunia terdapat 136 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2005. Rata-rata dari 39 per 100.000 per tahun pada Amerika. Sedangkan pada daerah Afrika 343 kasus per 100.000 per tahun. Sebuah data dari WHO menunjukkan bahwa terdapat 8,8 juta penduduk dunia pengidap baru TB per tahun, dan 1,6 juta diantaranya meninggal dalam setiap tahunnya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat dengan judul TB.

MASALAH
Mengapa TB merupakan satu penyakit menular yang mematikan di dunia ini ?
Berapakah fakta yang terjadi pada saat ini ?
Dua pertanyaan inilah yang harusa kita jawab pada saat ini. Karena ada beberapa fakta yang mengejutkan pada saat ini.

TUJUAN
Agar kita dapat mengetahui secara umum penyakit TB dan gejala-gejala yang ditimbulkan serta fakta yang ada di dunia ini. Oleh karena itulah maka pencegahan terhadap penyakit ini harus digalakkan karena TB merupakan penyakit menular ke tiga yang mematikan.

MANFAAT
- Bahan penelitian
- Bahan pengetahuan
- Bahan untuk praktek
- Bahan umum

LITERATUR REVIEW
Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.
Bakteri lainnya menyebabkan penyakit yang menyerupai tuberkulosis, tetapi tidak menular dan sebagian besar memberikan respon yang buruk terhadap obat-obatan yang sangat efektif mengobati tuberkulosis.

Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri M. tuberculosis.
Udar terkontaminasi oleh bakteri karena penderita tuberkulosis aktif melepaskan bakteri melalui batuk, bersin dll. Bakteri ini bisa bertahan dalam udara selama beberapa jam.
pada orang hamil Janin bisa tertular dari ibunya sebelum atau selama proses persalinan karena menghirup atau menelan cairan ketuban yang terkontaminasi. Bayi bisa tertular karena menghirup udara yang mengandung bakteri.
Di negara-negara berkembang, anak-anak terinfeksi oleh mikobakterium lainnya yang menyebabkan tuberkulosis. Organisme ini disebut M. bovis, yang bisa disebarkan melalui susu yang tidak disterilkan.

Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya menghancurkan bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri tidak dimusnahkan tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam makrofag (sejenis sel darah putih) selama bertahun-tahun.
Sekitar 80% infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktivan kembali bakteri yang dorman. Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya (biasanya di puncak salah satu atau kedua paru-paru) mulai berkembangbiak. Pengaktivan bakteri dorman ini bisa terjadi jika sistem kekebalan penderita menurun (misalnya karena AIDS, pemakaian kortikosteroid atau lanjut usia). (WHO, 2008, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/. Diakses pada tanngal 5 Januari 2009

Biasanya seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis memiliki peluang sebesar 5% untuk mengalami suatu infeksi aktif dalam waktu 1-2 tahun.
Perkembangan tuberkulosis pada setiap orang bervariasi, tergantung kepada berbagai faktor:
• Suku : tuberkulosis berkembang lebih cepat pada orang kulit hitam dan penduduk asli Amerika
• Sistem kekebalan : infeksi aktif lebih sering dan lebih cepat terjadi pada penderita AIDS. Penderita AIDS memiliki peluang sebesar 50% utnuk menderita infeksi aktif dalam waktu 2 bulan. Jika bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik, maka kemungkinan meninggal pada penderita AIDS dan tuberkulosis dalam waktu 2 bulan adalah sebesar 50%. (medicastore.com, 2008, http://www.medicastore.com/TB/html)

Tuberkulosis aktif biasanya dimulai di paru-paru (tuberkulosis pulmoner).
Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner) biasanya berasal dari tuberkulosis pulmoner yang telah menyebar melalui darah. Infeksi bisa tidak menyebabkan penyakit, tetapi bakteri tetap hidup dorman di dalam jaringan parut yang kecil. (medicastore.com, 2008, http://www.medicastore.com/TB/html)

TUBERCULOSIS PARIETAL
Tuberculosis parietal ini sering dijumpai di Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, Negara Amerika maupun Negara barat lainnya juga ada kecendrungan meningkatnya jumlah pengidap AIDS dan imigran. Karena perjalalan penyakit ini berlangsung secara perlahan-lahan dan manifestasi klinisnya tidak khas. Tdak jarang penyakit ini mempunyai keluhan menyerupai penyakit lain seperti sirosis hati atu neoplasma dengan gejala asites yang tidak terlalu menonjol. (WHO, 2008). Pada tulisan ini penulis membahas tantang TB secara umum khususnya di Indonesia. Secara umum Indonesia merupakan penderita terbeser ke tiga di dunia. Dari data badan organisasi TB Indonesia sebagai berikut :

Fakta Umum

- Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC
- Indonesia adalah Negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
- Sebagian besar penderita TBC adalah mereka dengan usia produktif (15-55 tahun)
- TBC adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular.
- TBC adalah penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia
- Indonesia telah berhasil mencapai Angka keberhasilan pengobatan sesuai dengan target global
yaitu 85 persen dan tetap dipertahankan dalam empat tahun terakhir.
- Indonesia telah memberikan kemajuan yang cepat dalam penemuan kasus baru TBC menular,
yaitu sebesar 52% pada tahun 2004 (lihat map-1), dan target global pada tahun 2005 adalah
sebesar 70%
􀀹 Penemuan kasus baru TBC menular saat ini adalah sebesar 52% yang berarti hanya kurang
8% dari target 60% yang telah ditetapkan didalam rencana strategis Penanggulangan TBC
selama 5 tahun.





















Data : http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm





MASALAH

GEJALA
Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk.
Pada pagi hari, batuk bisa disertai sedikit dahak berwarna hijau atau kuning. Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak, sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya, dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.
Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari. Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh keringat sehingga pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti.
Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura.
Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi pleura.
Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman.
Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
Tuberkulosis bisa menyerang organ tubuh selain paru-paru dan keadaan ini disebut tuberkulosis ekstrapulmoner.
Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah ginjal dan tulang.
Tuberkulosis ginjal bisa hanya menghasilkan sedikit gejala, tetapi infeksi bisa menghancurkan sebagian dari ginjal. Lalu tuberkulosis bisa menyebar ke kandung kemih.
Pada pria, infeksi juga bisa menyebar ke prostat, vesikula seminalis dan epididimis, menyebabkan terbentuknya benjolan di dalam kantung zakar.
Pada wanita, tuberkulosis bisa menyerang indung telur dan salurannya, sehingga terjadi kemandulan. Dari indung telur, infeksi bisa menyebar ke selaput rongga perut dan menyebabkan peritonitis tuberkulosis, dengan gejala berupa lelah, nyeri perut disertai nyeri tekan ringan sampai nyeri hebat yang menyerupai radang usus buntu.
Infeksi bisa menyebar ke persendian, menyebabkan artritis tuberkulosis. Sendi meradang dan nyeri. Yang paling sering terkena adalah sendi pinggul dan lutut; tetapi bisa juga menyerang tulang pergelangan tangan, tangan dan sikut.

Tuberkulosis bisa menginfeksi kulit, usus dan kelenjar adrenal. Infeksi pada dinding aorta (arteri utama) menyebabkan pecahnya aorta. Infeksi pada kantung jantung menyebabkan perikarditis tuberkulosis, dimana perikardiuim teregang oleh cairan. Cairan ini bisa mengganggu kemampuan jantung dalam memompa darah. Gejalanya berupa demam, pelebaran vena leher dan sesak nafas.

Infeksi pada dasar otak disebut meningitis tuberkulosis. Gejalanya berupa demam, sakit kepala yang menetap, mual dan penurunan kesadaran. Kuduk sangat kaku sehingga dagu tidak dapat didekatkan ke dada. Kadang setelah meningitisnya membaik, akan terbentuk massa di dalam otak, yang disebut tuberkuloma. Tuberkuloma bisa menyebabkan kelemahan otot (seperti yang terjadi pada stroke) dan harus diangkat melalui pembedahan.

Pada anak-anak, bakteri bisa menginfeksi tulang belakang dan ujung tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai. Jika keadaan ini tidak segera diatasi, bisa terjadi kolaps pada 1 atau 2 tulan belakang yang Di negara-negara berkembang, bakteri tuberkulosis bisa disebarkan melalui susu yang terkontaminasi dan tinggal di dalam kelenjar getah bening leher atau di dalam usus halus. Selaput lendir dari saluran pencernaan resisten terhadap bakteri, karena itu infeksi baru terjadi jika bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak atau jika terdapat gangguan sistem kekebalan. Tuberkulosis intestinalis bisa tidak menimbulkan gejala, tetapi menyebabkan pertumbuhanileg jaringan yang abnormal di daerah yang terinfeksi, yang bisa disalahartikan sebagai kanker

TUBERKULOSIS (TB) pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) semakin menurunkan respons imunnya. Oleh karenanya, pengobatan TB plus HIV berbeda dengan penanganan TB biasa. Dalam hal ini, TB harus diobati terlebih dahulu, baru HIV-nya diobati.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI Sulianti Saroso) Titi Sundari menjelaskan metode pengobatan TB yang digunakan pada kasus ko-infeksi TB-HIV harus dipisahkan dan harus dilakukan secara berhati-hati karena obat untuk kedua penyakit itu cukup banyak. Toksisitas keduanya tumpang tindih, selain kemungkinan interaksi antara keduanya cukup tinggi.Di lain pihak, bagi mereka yang sudah terinfeksi HIV/AIDS harus mencurigai dirinya terkena TB jika mengalami gejala batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk bercampur darah, demam, lesu, nafsu makan berkurang, nyeri dada, sesak napas, berat badan menurun, serta berkeringat malam meskipun tanpa kegiatan. Namun, jika ingin dibandingkan, pasien TB plus HIV memang jauh lebih berat penanganannya dibanding TB biasa. Hal ini karena kekebalan tubuh ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang melemah dengan masuknya virus TB akan semakin memperburuk kondisi ODHA. ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang lemah dengan adanya virus TB akan semakin memperburuk kondisinya. "Saking mudahnya virus ini masuk, maka satu dari tiga ODHA adalah orang yang terinfeksi TB," ujarnya. Sejauh ini, menurut Titi, sebanyak 40 persen ODHA meninggal dunia karena infeksi TB. Hal ini semakin diperparah karena TB menyebar lima kali lipat di negara-negara dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, 539 ribu ODHA terkena infeksi TB setiap tahun, di mana 101 ribunya meninggal. Titi berpendapat kematian karena TB seharusnya dapat ditekan dengan adanya pengobatan jangka pendek. Namun, angka ini menjadi sulit turun karena adanya epidemi HIV/AIDS.
Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta mencatat perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di kawasan Asia, meskipun secara nasional angka prevelensinya masih termasuk
rendah, dengan perkiraan pada tahun 2006 sekitar 0,16 persen orang dewasa.
Data RSPI Sulianti Saroso menyebutkan pada tahun 2006 terdapat 277 kasus
ODAHA dengan TB. Sedangkan hingga Juni 2007, setidaknya sudah 124 ODHA yang mengidap TB. "Kecenderungannya akan semakin naik," kata Titi.
Dalam hal ini, penggunaan jarum suntik merupakan cara transmisi HIV yang terbanyak yaitu 53 persen, diikuti transmisi heteroseksual sebanyak 42 persen. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam epidemiologi HIV di Indonesia adalah
variasi antarwilayah, baik dalam hal besarnya masalah maupun faktor-faktor
yang berpengaruh. Epidemi HIV di Indonesia, menurut KPA, saat ini telah
berada dalam kondisi "concentrated epidemic" dengan kecenderungan
menjadi generalisasi pada beberapa provinsi. Tuberkulosis menurut Titi telah menjadi epidemi karena 10 persen orang dengan infeksi TB akan positif menjadi penyakit TB. Sedangkan setiap orang, dengan TB aktif, dapat menginfeksi 10-15 orang per tahunnya.
Kapankah suatu infeksi TB berubah menjadi penyakit TB? Titi mengatakan, kuman TB
merupakan kuman yang nakal karena dapat tidur dan bangun sewaktu-waktu jika
kondisi tubuh menurun. Seseorang dikatakan menderita infeksi TB jika
tubuhnya termasuki kuman TB tetapi bersifat tidur. Dalam kondisi ini orang
tersebut tidak dapat menulari orang lain. Sedangkan seseorang dapat
dikatakan menderita TB jika orang tersebut sudah sakit dan menularkannya
pada orang lain.
TB adalah penyakit yang sangat berat diseluruh dunia. Hampir sepertiga penduduk dunia, dan sepertiga Odha terinfeksi TB,tetapi sistem kekebalan tubuh yang sehat biasanya dapat mencegah penyakit aktif. Namun TB adalah penyebab kematian sampai separuh Odha di seluruh dunia,menurut WHO. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri TB dalam paru. Ada dua jenis TB aktif. TB primer baru terjadi setelah kita pertama terinfeksi TB. Keaktifan kembali TB terjadi pada orangyang sebelumnya terinfeksi TB. Jika sistemkekebalan tubuhnya melemah, TB dapatlolos dari tuberkel dan mengakibatkan penyakit aktif. Kebanyakan kasus TB padaorang dengan HIV diakibatkan keaktifan kembali infeksi TB sebelumnya.TB aktif dapat menyebabkan gejalaberikut: batuk tiga minggu atau lebih;kehilangan berat badan; kelelahan terusmenerus; keringat basah kuyup pada malam; dan demam, terutama pada sore hari. Gejala ini mirip dengan gejala yang disebabkan PCP (lihat Lembaran Informasi
(LI) 512), tetapi TB dapat terjadi pada jumlah CD4 yang tinggi.
TB menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif batuk atau bersin. Kita dapat mengembangkan TB secara mudah jika kita pada tahap infeksi HIV lanjut. Kita dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapa pun.
TB dan HIV: Pasangan yang Buruk
Banyak jenis virus dan bakteri hidup ditubuh kita. Sistem kekebalan tubuh yang
sehat dapat mengendalikan kuman ini agarmereka tidak menyebabkan penyakit. Jika
HIV melemahkan sistem kekebalan, kuman ini dapat mengakibatkan infeksi oportunistik
(IO).Angka TB pada Odha sering kali 40 kali lebih tinggi dibanding angka untuk orang
yang tidak terinfeksi HIV. Angka TB di seluruh dunia meningkat karena HIV.
TB dapat merangsang HIV agar lebih cepat menggandakan diri, dan memperburuk
infeksi HIV. Karena itu, penting agar orang dengan HIV mencegah dan mengobati
TB.

Bagaimana TB Didiagnosis?
Ada tes kulit yang sederhana untuk TB. Sebuah protein yang ditemukan pada
bakteri TB disuntik pada kulit lengan. Jika kulit kita bereaksi dengan bengkak, itu
berarti kita kemungkinan terinfeksi bakteri TB (WHO, 2008). Jika HIV atau penyakit lain sudah
merusak sistem kekebalan kita, kita mungkin tidak menunjukkan reaksi pada
tes kulit, walaupun kita terinfeksi TB. Kondisi ini disebut ‘anergi’. Oleh karena
masalah ini, dan karena kebanyakan orang di Indonesia sudah terinfeksi TB, jadi teskulit sekarang jarang dipakai di sini. Jika kita anergi, pembiakan bakteri dari dahak(lihat alinea berikut) adalah cara terbaik untuk diagnosis TB aktif. Bila kita mempunyai gejala yang mungkin disebabkan oleh TB, dokter akan minta kita menyediakan tiga contoh dahak untuk diperiksa, termasuk satu yang diminta dikeluarkan dari paru pada pagi hari. Dokter juga mungkin melakukan roentgen dada, dan coba membiakkan bakteri TB dari contoh dahak kita. Tes ini dapat memerlukan jangka waktu empat minggu. Sulit mendiagnosis TB aktif, terutama pada Odha, karena tampaknya mirip dengan pneumonia, masalah paru lain, atau infeksi lain. Namun tes baru yang lebih cepat sedang dikembangkan.
Bagaimana TB Diobati?
Jika kita terinfeksi TB, tetapi tidak mengalami penyakit aktif, kemungkinan kita diobati dengan isoniazid (INH) untuk sedikitnya enam bulan, atau dengan INH plus satu atau dua obat lain untuk tiga bulan. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2001 menunjukkan bahwa terapi kombinasi lebih efektif dibandingkan INH sendiri. INH dapat menyebabkan masalah hati, terutama pada perempuan. Jika kita mengalami TB aktif, kita diobati
dengan antibiotik. Karena bakteri TB dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat
tunggal, kita akan diberi kombinasi antibiotik. Juga, TB sulit disembuhkan, dan
obat tersebut harus dipakai untuk sedikitnya enam bulan. Jika kita tidak memakai
semua obat, TB dalam tubuh kita mungkin jadi resistan dan obat tersebut akan menjadi
tidak efektif lagi. Ada jenis TB yang resistan terhadap beberapa
antibiotik. Ini disebut TB yang resistan terhadap beberapa obat atau MDRTB, atau yang resistan terhadap semua obat lini pertama dan kedua (XDR-TB). Hingga saat ini, prevalensi MDR-TB dan XDR-TB (bila ada) di Indonesia belum jelas; surveilans akan segera dilakukan oleh Depkes. Kendati ada masalah ini, kebanyakan kasus TB dapat disembuhkan dengan antibiotik yang ada.
Masalah Obat
Beberapa antibiotik yang dipakai untuk mengobati TB dapat merusak hati atau
ginjal. Begitu juga beberapa obat antiretroviral (ARV) yang dipakai untuk
memerangi HIV. Bisa jadi sulit untuk memakai obat untuk TB dan HIV sekaligus.
INH dapat menyebabkan neuropati perifer (LI 555), seperti juga beberapa ARV, jadi
dapat terjadi masalah bila obat ini dipakai bersama. Pengobatan TB juga dapat
menyebabkan sindrom pemulihan kekebalan (lihat LI 483). Juga, banyak ARV berinteraksi dengan obat yang dipakai untuk memerangi TB. Rifampisin atau rifabutin umumnya dipakai untuk mengobati TB. Obat ini dapat mengurangi tingkat ARV dalam darah kita di bawah tingkat yang diperlukan untuk mengendalikan HIV. ARV dapat meningkatkan tingkat obat TB ini sehingga mengakibatkan efek samping yang berat.
Rifampisin tidak boleh dipakai jika kita memakai kebanyakan protease inhibitor (PI). Rifabutin dapat dipakai dalam beberapa kasus, tetapi mungkin takarannya harus diubah. Ada pedoman khusus untuk dokter jika kita memakai obat untuk memerangi TB dan HIV sekaligus. Juga, jika jumlah CD4 kita di bawah 100, kita sebaiknya memakai
sedikitnya tiga kali seminggu. Ini mengurangi risiko TB menjadi resistan terhadap rifabutin. Untuk alasan ini, lebih baik TB diobati sebelum terapi ARV (ART) dimulai. Namun bila jumlah CD4 di bawah 200, ART sebaiknya dimulai setelah efek samping obat TB sudah hilang.
Garis Dasar
TB adalah penyakit berat dan membunuh lebih banyak Odha dibanding dengan semua penyakit lain. TB dan HIV saling Ada pengobatan efektif untuk infeksi TB, dan untuk penyakit TB aktif. Jika kita dekat dengan orang TB aktif, atau mempunyai gejala TB, sebaiknya kita dites dan diobati. Pengobatan untuk TB perlu jangka waktu yang lama, dan dapat sulit dipakai sekaligus dengan ARV, tetapi obat tersebut dapat menyembuhkan TB. Beberapa obat TB dapat berinteraksi dengan ARV, jadi pengobatan harus direncanakan dengan hati-hati jika kita TB dan HIV merupakan hal yang sangat serius.

KESIMPULAN
Tuberculosis merupakan sutu kasus yang signifikan. Dapat kita lihat dari data yang kami dapat. Menurut data WHO (World Health Organitation) pada tahun 2008, kasus TB di dunia terdapat 136 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2005. Rata-rata dari 39 per 100.000 per tahun pada Amerika. Sedangkan pada daerah Afrika 343 kasus per 100.000 per tahun. Sebuah data dari WHO menunjukkan bahwa terdapat 8,8 juta penduduk dunia pengidap baru TB per tahun, dan 1,6 juta diantaranya meninggal dalam setiap tahunnya. Menurut data yang didapatkan dari organisasi TB Indonesia :
- Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC
- Indonesia adalah Negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
- Sebagian besar penderita TBC adalah mereka dengan usia produktif (15-55 tahun)
- TBC adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular.
- TBC adalah penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia
- Indonesia telah berhasil mencapai Angka keberhasilan pengobatan sesuai dengan target global
yaitu 85 persen dan tetap dipertahankan dalam empat tahun terakhir.
Penyakit ini sangat berbahaya jika TB berpasangan dengan virus HIV. Karena virus HIV menyerang kekebalan tubuh manusia begitu juga dengan TB. Tapi TB dan HIV saling Ada pengobatan efektif untuk infeksi TB, dan untuk penyakit TB aktif. Jika kita dekat dengan orang TB aktif, atau mempunyai gejala TB, sebaiknya kita dites dan diobati. Pengobatan untuk TB perlu jangka waktu yang lama, dan dapat sulit dipakai sekaligus dengan ARV, tetapi obat tersebut dapat menyembuhkan TB. Beberapa obat TB dapat berinteraksi dengan ARV, jadi pengobatan harus direncanakan dengan hati-hati jika kita TB dan HIV merupakan hal yang sangat serius.





















DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2008). Implementing who stop TB strategy. Geneva: WHO.

Sundari, T. (2008). Waspadai Ko-infeksi Tuberkulosis dan HIV. jakarta: KPA

http://whqlibdoc.who.int/hq/2008/WHO_HTM_TB_2008.394_eng.pdf. diakses pada tanggal 5 Januari 2009

http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241546676_eng.pdf. diakses pada tanggal 5 Januari 2009

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/. Diakses pada tanngal 5 Januari 2009

http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596176_eng.pdf. diakses pada tanggal 5 Januari 2009

http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241597173_eng.pdf. diakses pada tanggal 5 Januari

Sudoyo, A. (2007). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: ECG


http://www.medicastore.com/TB/html diperoleh pada tanggal 4 januari 2009


http://www.netdoctor.com/TB/html diperoleh tanggal 5 Januari 2009